“Jews have different way of thinking from the others”
Mr. Delta
Film ini bisa dibilang selevel dengan Schindler List, Sound of Music, The Pianist atau Life Is Beautiful. Inti film-film ini sama, yaitu menceritakan kehidupan kaum Yahudi yang bertahan pada saat PD II. Tapi, Defiance bisa dibilang cukup beda. Di film-film sebelumnya mungkin kaum Yahudi digambarkan sebagai pihak yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa, dan hanya menunggu uluran tangan dari mereka yang di atas. Akhirnya, film ini memberikan kita gambaran lain tentang sebuah potret perjuangan kaum Yahudi di Belarusia melawan opresi dan kekejaman Tentara Nazi Jerman.
Bielski Otrad, URA!!
Film ini berjudul “Defiance”, berarti “Pembangkangan” dalam bahasa Indonesia. “Defiance” berkisah tentang kehidupan keluarga Bielski, sebuah keluarga Yahudi, yang terdiri dari 4 orang yaitu Tuvia, Alexander “Zus” , Asael, dan Aron Bielski yang tinggal di daerah Stankiewicze, Belarusia. Mereka berempat harus tinggal di hutan setelah daerah mereka di agresi oleh tentara Nazi Jerman, yang dimana tentara Nazi juga membunuh beberapa saudara terdekat mereka. Di tengah hutan pun, mereka menemukan lagi banyak orang bernasib sama seperti mereka. Diserang, lalu kabur ke tengah hutan.
Dalam perjalanan, mulailah terkumpul banyak orang. Dari jauh di Polandia pun ada. Asal pekerjaannya pun beragam, entah pernah menjadi seorang jurnalis atau seorang violinis. Dalam perjalanan, akhirnya komunitas pengungsi Yahudi ini berkembang besar dan kemudian bekerjasama dengan partisan Tentara Merah yang juga bermarkas di tengah hutan, dipimpin oleh Letnan Viktor.
Film ini juga dibumbui berbagai macam konflik, mulai dari kisah asmara sampai pertentangan antar dua saudara, Tuvia dan Zus, yang berduel tentang masalah kepemimpinan dan komunitas yang mereka bentuk. Di titik inilah, Zus akhirnya meninggalkan Tuvia dan ikut Tentara Merah.
Sebuah kehidupan di tengah hutan
Bersama para rabbi di Ghetto Minsk, Tuvia mencoba mengajak masyarakat Yahudi untuk ikut mengungsi
Komunitas Yahudi ini pun terbentuk beberapa hari setelah agresi dan berkembang pesat beberapa minggu setelahnya. Begitu banyak para pengungsi, entah dari Ghetto di kota atau dari desa-desa di penjuru Belorusia sampai Polandia yang kabur ke hutan ini. Mereka membangun sebuah desa sederhana yang kecil, dipimpin oleh Tuvia Bielski.
Jangan salah lihat!! Ini bukan Stalin, tapi Tuvia Bielski!
Dalam komunitas ini, banyak peran yang muncul. Misal saja, seorang guru sekolah yang kemudian menjadi pemuka agama setempat (rabbi). Sang rabbi ini terlihat sebagai seorang sesepuh, tapi tampak jarang memberikan advice kepada Tuvia (mungkin takut dengan kegarangan Tuvia). Ada juga seorang suster yang menjadi dokter disana. Atau mungkin seorang jurnalis yang terpaksa jadi tukang kayu, walaupun payah, tapi dia sering bertukar pikiran dengan sang rabbi dan menjadi teman baik bagi rabbi.
Filosofi dan budaya orang Yahudi
Sebuah pemukiman Yahudi yang hancur di Belorusia
Film ini juga menggambarkan begitu jelas cara hidup orang Yahudi yang ingin bertahan dalam kondisi sesulit apapun. Saat musim dingin tiba, saat dimana makanan susah dicari dan didapat, Tuvia menemukan jalan keluarnya. Dia menembaki kudanya begitu saja, dan memberikannya kepada para wanita untuk dimasak, karena sudah beberapa hari para pengungsi tidak makan karena kehabisan suplai.
Atau mungkin pada saat berhadapan dengan rawa-rawa yang begitu dalam, adik Tuvia, Asael mengingatkan para pengungsi tersebut, “Hey kalian semua! Tidakkah kalian ingat bahwa Musa bisa menyebrangi Lautan Merah? Dengan kehebatan Tuhan dia bisa menyebrangkan seluruh umatnya! Kita memang tidak punya nabi! Tapi kita bisa membuat mukjizat kita sendiri dengan kepintaran dan tenaga yang kita punya! Tuhan telah memberikan itu semua untuk kita supaya bertahan!” Apa yang kira-kira para pengungsi Yahudi ini lakukan? Yak, mereka membuat rantai dari sabuk sebagai pegangan untuk mereka agar tidak lepas. Mereka pun sampai di sebuah tanah lapang.
Seperti layaknya Musa dan umatnya sampai di Tanah Yang Dijanjikan.
Film ini juga banyak menggambarkan kebudayaan orang Yahudi. Saat Asael dan Chayyah menikah, digambarkan upacara pernikahan ala Yahudi, yang kurang lebih agak sama dengan upacara pernikahan orang Kristen. Lagu-lagunya pun JEWISH sekali, dengan irama biola dan klarinet yang.. uhh.. coba deh.. anda dengarkan komposisi karangan Itzhak Perlman! Yah… kurang lebih seperti itulah nadanya. Ada yang irama Waltz.. tapi juga ada yang sendu..
Aroma Cinta
Huh.. ini agak saya sebalkan. Cinta di Defiance kurang mantap alurnya, jadi saya anggap cukup mengganggu dan hanya sebagai additional spice untuk film. Lebih mantap lagi kalau ditambahkan unsur battle-nya
Battle!
Bielski Otrad patrolling
Di film ini, Battle yang terjadi kebanyakan adalah battle yang aksidental dan frontal, juga ambush karena memaang pengungsi Yahudi yang tergabung dalam Bielski Otrad (Brigade Bielski) ini hanya sekitar 10-100 personel. Tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk membuat kacau balau barisan pasukan Jerman yang berpatroli. Mereka bahkan sukses menawan sebuah tank saat pertempuran terakhir, saat Tuvia dan Zus bersatu kembali.
Senjata rifle “Karabiner 98″ inilah yang sering digunakan Nazi dan dirampas oleh Partisan.. sepertinya memang Bielski Otriad juga memakai senjata ini
Pada awalnya, tentara Bielski ini tidak mempunyai senjata apapun. Itupun awal-awal boleh minjem (dan cuma dikasih revolver dengan 4 peluru) sama seorang petani yang agak muka-dua sama Nazi, tapi akhirnya si petani ketauan sering berinteraksi dengan Bielski dan terbunuh. Pasukan Bielski pun semakin mendapatkan banyak senjata setelah melewati berbagai pertempuran dan ambush-ambush kecil di tengah hutan atau sabotase kantor polisi.
Mereka juga hebat dalam taktik gerilya. Yah wajar, mereka udah tau daerah mereka duluan sih.. Jadi mau kemana aja sampe nyasar its okay, malah tentara Nazinya yang nyasar.
Dari Kisah Nyata!
Yak ternyata Defiance pun berasal dari kisah nyata, dan diambil dari Buku berjudul “The Bielski Brothers” karangan Peter Duffy pada tahun 2003.
Disebutkan bahwa Brigade Bielski ikut dalam Operasi Barbarossa, sebuah operasi untuk mempertahankan the “Motherland Soyuz Sovietkikh Sosialitskikh Republitsky” bersama Tentara Merah yang dipimpin oleh Jenderal Viktor Platon (Komandan Tentara Partisan Soviet) dalam Perang Dunia Kedua melawan Nazi dan Tentara Axis (baik? ngga tuh! hahaha).
Apa yang terjadi pada keluarga Bielski setelah perang dunia? Tuvia dan Zus kemudian pergi ke Amerika membangun sebuah bisnis (waah Jewish abis) setelah menetap sebentar di Palestina. Sayang, Asael Bielski sudah gugur saat harus membela Soviet pada tahun 1944. Kemudian pengungsi-pengungsi lainnya pun berdiaspora hingga ke seluruh dunia, sampai beranak cucu, dan melahirkan generasi-generasi penerus mereka.
Bukti Holocaust?
NOT AGAIN!
Film ini memang menunjukkan beberapa bukti dari Jews-cleansing effort oleh Nazi Jerman, tapi tidak disebutkan dalam film ini bahwa 6 juta Yahudi telah dibunuh oleh Nazi di Eropa! Kebohongan besar bagi mereka yang mengatakan hal tersebut, bahkan seorang Noam Chomsky yang Yahudi sekalipun menampik Holocaust!
Beberapa pelajaran yang mungkin dapat anda temukan di film Defiance:
1. Keimanan membuat kita kuat.
2. Persahabatan itu penting daripada sekedar harta! Sahabat sejati rela menolong kita saat kita dirundung apapun, amunisi beretta kah, atau utang yang mendera.
3. Keluarga adalah SEGALANYA
4. Berpecah belah membuat segalanya menjadi hancur. Absolutely broken!
5. Hidup merupakan pilihan. Pilihlah yang membawa kebaikan.
6. Kasih sayang membawa keberkatan. Tidak ada salahnya kan berkasih sayang?
7. Toleransi terhadap sesama itu penting. Jangan menurut ego diri!
8. Berbagi terhadap sesama itu luar biasa.
9. Yang kuat bukannya menjegal yang lemah, harusnya membantu yang lemah!
10. Kesombongan dan arogansi merupakan akhir dari segalanya.
11. Pengkhianatan lebih gelap dari pada semut di malam hari. Lebih buruk daripada bohong seribu kali. Lebih kejam daripada tamparan seribu kali.
12. Kemerdekaan ialah hak segala BANGSA!!
13. Tidak boleh ada diskriminasi agama, ras, sukubangsa!
14. Cinta bisa datang kapan saja